Diakonia
Home / Diakonia / Pelacur Itu, …

Pelacur Itu, …

Yang sok suci direndahkan sampai titik terendah, sementara yang selama ini direndahkan oleh keangkuhan dunia malah diangkat sampai posisi di tempat yang tinggi yang selama ini ditempati mereka yang sok suci.

SURABAYA, gpibwatch.id – Paling tidak ada beberapa perbedaan sikap Yesus dengan para tokoh agama dan masyarakat terhadap pelacur dalam Yohanes 8:1-11. 

Yesus merengkuh dan tidak menghakimi, sementara tokoh agama dan lainnya menolak, menghakimi, bahkan bertindak brutal dengan berbagai alasan untuk membunuhnya. Lebih parah lagi, mereka sengaja menjebak Yesus.

Roh Allah dalam Kristus memampukan Yesus bersikap tenang, dan dengan bijaksana malah secara tidak langsung “menikam” pada jantung keangkuhan tokoh agama. Mereka pergi tanpa sepengetahuan Yesus, sementara pelacur pergi dengan disertai suara cinta Yesus yang dengan lembut mengampuni dengan berkata “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi”.

Yang sok suci direndahkan sampai titik terendah, sementara yang selama ini direndahkan oleh keangkuhan dunia malah diangkat sampai posisi di tempat yang tinggi yang selama ini ditempati mereka yang sok suci.

Alergi Demokrasi

Pelacur itu menjadi setara dengan semua orang yang merasa suci. Yang sok suci menempati tempat terendah dalam pandangan mereka sendiri dan masyarakat saat itu.

Menariknya lagi, sikap Yesus secara halus mempermalukan para tokoh agama yang hanya menghakimi si pelacur, seolah dia hanya berzina sendirian. Ini tidak adil. Di mana sang lelaki yang berzinah? Mengapa dia tidak dibawa untuk diadili?

Tatanan masyarakat seringkali memperlakukan perempuan sebagai sosok kotor dan rendahan karena dianggap menjadi sumber masalah. Perempuan diperlakukan tidak adil hanya karena mereka perempuan. Dengan halus Yesus menjungkirbalikkan ketidakadilan yang biasa dianggap normal oleh masyarakat dan dilanggengkan oleh agama. Ketidakadilan harus dibongkar dan dilawan.

Dibutuhkan refleksi kritis yang tenang.  Ketenangan diperlihatkan Yesus ketika Dia membungkuk dan menulis di tanah, dan sikap kritis yang reflektif diperlihatkan dengan pertanyaan siapa yang tidak berdosa?

Pertanyaan ini bukan berarti mau membiarkan dan mentolerir dosa, melainkan mau menegaskan bahwa semua orang berdosa dan karena itu butuh sentuhan yang manusiawi serta berdimensi ilahi, bukan sikap angkuh yang justru semakin meremukkan rasa kemanusiaan. Selamat hari minggu. Selamat beribadah. Tuhan Yesus memberkati. /dr

Ketika Kekuasaan Menjadi Absolut

Latest Posts

Polling Bakal Calon Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025-2030

Pilih bakal calon yang anda inginkan untuk menjadi Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025 - 2030

View Results

 Loading ...

Berita Populer

01

Tuli Mendadak, Tradisi Sejak Dini di Jabatan Fungsionaris

02

Ketok Magic Pendeta, Menggunakan Ayat Kolusi dan Ayat Nepotisme

03

Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat

04

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

05

Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model

Ragam Berita



Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat



Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model


Exit mobile version