Pendeta / KMJ yang sudah berani intervensi di tingkat jemaat, tidak layak untuk menduduki jabatan tingkat sinodal, ini berbahaya, tidak netral…
Jakarta, gpibwatch.id – Pada Kisah Naruto, ada satu desa yang begitu fenomenal, yang sering kali menjadi kata ganti untuk menyebut sebuah negara yang kondisinya sedang tidak baik – baik saja, yaitu Desa Konoha.
Konoha atau Konohagakure no Sato, adalah desa fiksi dalam serial anime dan manga Naruto, yang berarti “Desa Tersembunyi di Daun” atau “Desa Daun Tersembunyi“.
Dalam seri kiasan atau metaforis, di desa konoha ada juga jemaatnya, semuanya rajin beribadah, ada ketua majelis jemaatnya ada pelaksana harian majelis jemaatnya, dengan jumlah kepala keluarganya sekitar 100.
Peribadahan berjalan lanjar, baik itu di Ibadah Hari Minggu, Ibadah Rumah Tangga serta Ibadah ke – 6 Pelkat, semua tertata rapih dan pada saat ini sudah terlaksana pemilihan PHMJ dan Pengurus ke – 6 Pelkat.
Dan ada beberapa keluarga yang terlibat baik itu di Pelkat maupun di Kemajelisan, yang sekan – akan di Jemaat Konoha ini milik beberapa keluarga saja, karna bapak, ibu, anak, kemenakan dsb. semua terisi dengan mereka, dan untuk diingat di Jemaat Konoha sedang berlangsung pergantian kostor dan pegawai karena sudah memasuki masa pensiun, dan sedang dicari penggantinya.
Yang menarik adalah ketika penerimaan pegawai, di bentuklah TIM khusus untuk menyeleksi persyaratan para pegawai yang akan diterima, dan ini hanya formalitas saja, sebab pegawai tersebut adalah bagian dari KMJ, dan PHMJ tak sanggup untuk berkata dan memberikan masukan, mungkin karena faktor keseganan atau mungkin PHMJ sudah tak bergigi lagi alias ompong tulen.
Campur tangan yang significant, ini karena dari awal pendeta datang di Jemaat Konoha, selalu dilayani oleh keluarga tersebut, sehingga pendeta / KMJ sudah tidak dapat memilah, apakah yang dilakukan layak dan pantas, dan nantinya jika terjadi masalah yang menimpa pegawai nan manja, bagaimana posisi KMJ dengan kedua orang tuanya yang juga melayani, netral atau memihak??
Pendeta / KMJ Jemaat Konoha tidak memikirkan dampak yang akan datang, khususnya konflik interest dalam pelayanan, dan konflik interest akan terjadi dan berkelanjutan jika tak sanggup memanage pelayanan ini, dan Pendeta / KMJ yang sudah berani intervensi, tidak layak untuk menduduki jabatan tingkat sinodal, ini berbahaya, karena bisa saja dia memperlakukan tindakan dan perilakunya menggunakan ayat kolusi dan ayat nepotisme.
Dan sebagai Jemaat Konoha, akan terus memantau para Pendeta / KMJ yang melakukan tindakan semaunya, seperti yang terjadi dalam hal intervensi penerimaan pegawai dan ini merupakan ketok magic pendeta yang tak bisa dibendung oleh rekan sepelayanannya, yang dalam tempo sesingkat – singkatnya mampu merubah prosedur formal.
Kiranya perlakuan seperti kolusi dan nepostisme yang dilakukan oleh Pendeta / KMJ di Jemaat Konoha yang selalu mengutamakan dirinya menjadi center dan ketok magic, tidak terjadi di jemaat lain yang punya akal sehat. ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)