Inspirasi Lifestyle Marturia
Home / Marturia / Lifestyle, Kesombongan Rohani dalam Pelayanan

Lifestyle, Kesombongan Rohani dalam Pelayanan

Mereka cenderung membenarkan diri sendiri dan hidup menurut kehendaknya sendiri dalam segala hal...

Jakarta, gpibwatch.id  –  Prestasi Rohani bukan soal penampilan luar, tapi sikap hati di hadapan Tuhan. Allah lebih menghargai hati yang rendah, jujur, dan bergantung kepada-Nya,  daripada daftar panjang aktivitas keagamaan yang dilakukan dengan hati yang sombong

Dalam kehidupan nyata sekarang ini, khususnya dalam kehidupan pelayanan berjemaat dan beregereja masih terlihat lifestyle  seperti orang Farisi dan Pemungut Cukai, kadang dilakoni sadar   maupun  tidak disadari, tetapi  itulah kenyataannya, dimana masing – masing punya  ciri khas tersendiri dalam menjalankan tupoksinya.   

Farisi adalah orang-orang yang sangat religius, tetapi sering kehilangan inti dari iman sejati,  kasih,  kerendahan hati,  dan relasi yang sungguh dengan Allah, mereka ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak hanya beragama secara lahiriah, tapi sungguh-sungguh hidup dalam kebenaran dan kasih Tuhan, dan orang Farisi sering dijadikan simbol untuk   kesombongan rohani,  dan agama yang hanya formalitas, serta ketaatan yang tidak disertai kasih.

Pemungut cukai atau pemungut pajak dalam Alkitab adalah orang Yahudi yang bekerja memungut pajak untuk pemerintah Romawi, yang sangat dibenci oleh masyarakat Yahudi  saat itu. Pemungut cukai melambangkan orang yang dianggap berdosa, tapi bisa menerima anugerah Allah karena mereka menyadari kebutuhan akan pengampunan.

Alergi Demokrasi

Mengutip laman SBU – GPIB,  Senin, 23 Juni 2025, menjelaskan tentang  menjadi orang benar tidaklah mudah. Menjadi orang benar berarti hidup sesuai kehendak Tuhan bukan menurut kehendak sendiri, dan sering kali kita menjumpai orang yang merasa paling benar justru adalah mereka yang cenderung membenarkan diri sendiri dan hidup menurut kehendaknya sendiri dalam segala hal.

Bagaimana Sabda Bina Umat mengilustrasikan Orang Farisi sebagai sosok yang merasa dirinya paling benar, karena mengandalkan usahanya sendiri, bukan karena karunia Tuhan. Ia berdoa di Bait Allah tanpa mengakui dosanya, menjelekkan orang lain, memegahkan diri sendiri, menganggap dirinya lebih layak di hadapan Tuhan, dan merasa tidak membutuhkan belas kasihan Tuhan.

Sebaliknya, pemungut cukai datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur, merasa tidak layak di hadapan-Nya, mengakui kesalahannya dengan jujur, menyesali perbuatannya dengan rendah hati dan memohon  belas kasihan Tuhan agar diampuni. ewako-mappakoe@gpibwatch.id. (JP)

Latest Posts

Polling Bakal Calon Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025-2030

Pilih bakal calon yang anda inginkan untuk menjadi Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025 - 2030

View Results

 Loading ...

Berita Populer

01

Tuli Mendadak, Tradisi Sejak Dini di Jabatan Fungsionaris

02

Ketok Magic Pendeta, Menggunakan Ayat Kolusi dan Ayat Nepotisme

03

Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat

04

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

05

Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model

Ragam Berita



Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat



Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model


Exit mobile version