Laporan tahunan selalu saja minus, ada apa sebenarnya, apakah selama ini terlalu banyak pertunjukkan yang dilakukan pemimpin sirkus, tanpa mau tahu ada tidaknya dana tersedia…
Jakarta, gpibwatch.id – Pemimpin sirkus atau ringmaster adalah orang yang memimpin pertunjukkan sirkus, mengatur jalannya acara dan menjaga suasana agar tetap hidup dan menarik bagi penonton dan dia bertanggungjawab penuh akan suksesnya acara tersebut.
Pemimpin sirkus dalam makna metafora, merupakan pemimpin yang sibuk mengatur pertunjukkan tapi tidak membangun substansi, fokus pada penampilan luar, namun hampa secara isi dan menjadikan pelayanan sebagai panggung hiburan, pencitraan bukan tempat pertumbuhan serta takut kritikan.
Di Kota Imajiner pemimpin sirkus dikonotasikan sebagai pemimpin yang selalu bersama dengan rombongan sirkus menghadiri kegiatan pelayanan dari satu tempat ke tempat lain, pemimpin ini terkadang tidak sendiri, dia mengajak rekan – rekannya untuk terlibat langsung walaupun bukan bidangnya.
Pemimpin sirkus sangat jeli dan pintar melihat keadaan, dia berpotensi melihat celah untuk dijadikan sarana untuk kenikmatannya mencuci mata alias berjalan-jalan atau traveling kesuatu tempat pelayanan dengan memanfaatkan program kerja dari setiap bidang dan ada kolaborasi tersembunyi diantara mereka yang tak tertulis.
Kota Imajiner sudah merasakan beberapa tahun kebelakang, beberapa pemimpin nomor satu atau pelayan gereja tingkat sinodal sudah mempraktekkan teknik mumpung, menggunakan kesempatan yang ada, dan ini menjadi sorotan jemaat akan segala tingkah laku para stake holder, khususnya sering bepergian, yang dalam setahun ngak kebayang berapa dana yang dihabiskan.
Jemaat di Kota Imajiner sudah berkalkulasi, bahwa mereka selama memimpin tidak punya hati dalam penggunaan anggaran, berapapun anggaran atau dana yang diterima oleh bendahara tingkat sinodal tak pernah cukup, dan laporan tahunan menyakitkan pendengaran peserta sidang, ada yang nyeri tuli, nyeri hati dan berkata mengapa selalu saja minus, ada apa sebenarnya, apakah selama ini terlalu banyak pertunjukkan yang dilakukan pemimpin sirkus, tanpa mau tahu ada tidaknya dana tersedia.
Ini merupakan peringatan untuk para pengambil kebijakan di Kota Imajiner, bahwa jemaat tidak seperti dulu lagi, mereka sudah bisa berhitung dan berpandangan, bahwa institusi tidak dijalankan dengan aturan yang berlaku sesuai dengan tata layan dan tata gereja, dampaknya jemaat tak berminat memberikan persepuluhan.
Para pemimpin sirkus hedonis akan terus ada dalam pelayanan, mereka memanfaatkan situasi dan kondisi untuk menyenangkan diri sendiri dan kelompok, memperlihatkan atraksi hedone yang luar biasa dan gereja di kota imajiner berubah jadi panggung pembentukan citra semesta dan jemaat hanya jadi penonton. ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)