EDITORIAL Inspirasi Opini
Home / Opini / Tangan Besi VS Mata Pena Imajiner

Tangan Besi VS Mata Pena Imajiner

Mata Pena seorang jurnalis akan digunakan jika ada kasus yang merugikan dan memperdayakan orang lain, serta tidak memperlakukan orang tersebut sebagai manusia  yang harus di tolong…

Jakarta, gpibwatch.id – Pemimpin bertangan besi menggambarkan figur kepemimpinan yang kuat, tegas, dan berwibawa, ini menggambarkan pemimpin yang sangat keras dalam mengendalikan bawahannya.

Namun, perlu diingat bahwa konsep pemimpin bertangan besi juga dapat memiliki sisi negatif jika tidak diimbangi dengan prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan berpendapat.

Dalam konteks pelayanan kadang kita dapati pemimpin yang bertangan besi yang berdarah dingin, dia mampu melakukan sesuatu dengan caranya sendiri dan maunya sendiri, tak punya empati dan simpati, tidak peduli akan orang lain, tak dapat merasakan kesusahan orang lain dan dia melakukannya tanpa tedeng aling –aling dalam mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan di pelayanan oleh pemimpin tangan besi, iron fist terkadang masukan dari orang lain atau soulmate-nya, tidak ber-nalar, dan merugikan orang, dan di beberapa kasus terjadi seperti ini, dan kepemimpinannya tidak totality, tetapi tergantung keadaan dan kasus yang dia hadapi.

17 dan 18 Agustus 1945 adalah Peristiwa Sakral Bangsa Indonesia

Peranan kedekatan sangat berpengaruh dalam memutuskan suatu perkara, mana yang harus     cepat diselesaikan mana yang harus di pending sampai waktu yang tidak ditentukan, dan  ini akan berdampak pada ketidakpercayaan akan kinerja mereka.

Kepemimpinan tangan besi yang partial dalam konteks pelayanan di tingkat sinodal, di tingkat jemaat ini merupakan pemimpin peragu yang tak mampu mengambil keputusan secara gentleman,  tak mampu memutuskan perkara secara cepat, melainkan di pending sampai beberapa bulan dan sampai saat ini ngak jelas juntrungannya.

Permasalahan kepemimpinan tangan besi yang partial harus dihadapi dengan mata pena halus berbasis digital dan dengan wawancara satire melalui podcast imajiner.

Mata Pena seorang jurnalis akan digunakan jika ada kasus yang dianggap merugikan dan memperdayakan orang lain serta tidak memperlakukan orang tersebut sebagai manusia yang harus di tolong.

Mata Pena akan terus bergerak melawan kezaliman, melawan perlakukan yang tak pantas, dan akan  mengungkapkan, mempopulerkan kasus yang tak dapat diselesaikan secara jujur dan secara kemanusiaan.

Alergi Demokrasi

Mata Pena walaupun halus, tapi akan sangat tajam meluncur kemana-mana tiada batas,  tanpa seorangpun dapat menghalangi, dan mata pena digital lagi menunggu kasus besar yang belum diselesaikan, yang masih tarik ulur  dengan ketidakpastian keputusan, dan mata pena digital siap meng-podcast imajinerkan agar dunia tahu ada kasus yang tebang pilih. ewako-mappakoe@gpibwatch.id  (JP)

Related Posts

Latest Posts

Polling Bakal Calon Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025-2030

Pilih bakal calon yang anda inginkan untuk menjadi Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025 - 2030

View Results

 Loading ...

Berita Populer

01

Tuli Mendadak, Tradisi Sejak Dini di Jabatan Fungsionaris

02

Ketok Magic Pendeta, Menggunakan Ayat Kolusi dan Ayat Nepotisme

03

Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat

04

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

05

Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model

Ragam Berita



Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat



Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model


Exit mobile version