Jika masih banyak orang tersinggung dengan narasi fantasi, perlu dikoreksi orang tersebut, ada apa dengannya, apa yang terjadi dengannya, mengapa sampai marah, emosi, stres,,,
Jakarta, gpibwatch.id – Orang yang mudah tersinggung memiliki kecenderungan untuk bereaksi secara emosional terhadap kritik atau komentar, mereka sering merasa marah atau frustrasi bahkan dengan hal-hal kecil dan sikap seperti ini dapat menimbulkan konflik dalam hubungan interpersonal, baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan pribadi.
Dan orang yang mudah tersinggung menunjukkan bahwa mereka sering kali memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap kritik, terutama kritik yang bersifat pribadi.
Ketersinggungan akan menjadi bencana disaat kita tak dapat mengontrol diri kita, kita sudah dalam pikiran haru biru, kita dalam pikiran yang penuh dengan emosi yang tak terkendali sehingga terjadi kelepasan amarah dan kebencian.
Ketersinggungan akan adanya tulisan yang beraroma imajiner dalam era disruption teknologi semakin menjadi – jadi, karena gagalnya memahami arti perubahan sesungguhnya.
Ketersinggungan akan narasi imajiner, serta tak dapat mengartikan apa sesungguhnya cerita ini, dan seakan – akan merasakan dia yang ada didalamnya, ini merupakan suatu kegawatdaruratan yang perlu di koreksi kejiwaan lebih lanjut.
Ketersingungan akan narasi fiksi yang terlalu berlebihan, larut dan terbuai akan cerita itu, tetapi masih dalam konteks normal dan masih mengerti alurnya dan tidak merasakan dirinya yang jadi subjek, tentunya tak menjadi persoalan yang harus diperdebatkan.
Narasi imajiner dengan headline yang boombastis dengan conten satire halus yang santun, dapat membuat pembaca merasa ingin tahu apa sebenarnya tulisan ini, apa sesungguhnya yang disajikan, motifnya apa, melenceng kah, lurus kah, namun semua itu tergantung mindset yang melihat tulisan ini, dan narasi imajiner yang bisa membuat ketersinggungan dan mengharubirukan perasan, artinya cerita itu sudah menjadi faktual yang ber-fantasi.
Dan jika masih banyak orang yang tersinggung dengan narasi imajiner, perlu dikoreksi orang tersebut, ada apa dengannya, apa yang terjadi dengannya, mengapa sampai marah, emosi, stres, sehingga tak dapat melihat dengan akal sehat dan pikiran yang jernih, dan para jurnalis akan tetap berimajiner, sehingga masalah tersinggung itu urusan kalian .ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)