Tubuh manusia seperti bunga dan rumput, mati dan lenyap, namun firman Allah tetap selamanya…
Jakarta, gpibwatch.id – Bung Karno pernah berkata / berpesan kepada kita generasi penerus untuk tetap berpegang pada mottonya yang berbunyi :”Jangan sekali kali meninggalkan sejarah” yang artinya kita harus mengetahui sejarah bangsa Indonesia sejak masa pra penjajahan bangsa asing sampai jaman perjuangan untuk meraih kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus1945.
Bangsa Israel juga punya sejarah yang panjang dimana mereka dibuang ke Babel, melalui Raja Babel Nebukadnezar pada tahun 598 SM dan 587 SM yang menyerang Yehuda dan merobohkan tembok – tembok Yerusalem dan merampas benda-benda suci di Bait Allah.
Pengalaman hidup sebagai orang yang di buang sangat berpengaruh terhadap orang-orang Yahudi, karena disana tidak ada Bait Allah tempat para Imam yang dapat mempersembahkan kurban, dan mereka mulai berkumpul dan berkelompok-kelompok untuk berdoa dan mempelajari kitab suci.
Di Kitab Yesaya Pasal 40 – 48 memberitakan kabar baik bahwa Tuhan akan memakai Koresh, Raja Persia untuk mengalahkan Babel dan mengizinkan orang Israel kembali ke Yerusalem. Tuhan sudah memilih Israel dan kini Ia akan membebaskan mereka dari tangan musuh.
Di lansir dari laman Renungan Pagi SBU GPIB, 15 Juni 2025, Yesaya 40 : 1 – 5, dikatakan bahwa Israel sebenarnya tidak layak lagi disebut sebagai umat-Nya karena mereka telah berkhianat dan berpaling dari Allahnya. Namun Allah tetap peduli dan tidak membuang umat-Nya.
Umat yang telah menjadi sampah diangkat-Nya kembali, dibasuh dan dibersihkan sendiri oleh tangan Allah yang kudus dan suci. Umat yang telah terserak bahkan terpuruk, kembali ditegakkan kepalanya sehingga mereka dapat berjalan kembali dalam pengharapan yang baru, dan hati yang keras, yang penuh dengan kesombongan diubahkan menjadi hati yang taat, rendah hati dan berjalan dalam kebenaran.
Kutipan firman Tuhan dari Yesaya 40 : 3 “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan”, menurut Pdt. Domidoyo Ratupenu, itu bukan hal yang mudah, ada badai di sana, dan panas terik seringkali menyengat kulit, pasir gurun yang beterbangan sering menyengat muka, dan membuat mata sakit serta sulit memandang dan bekerja buat Tuhan bukan perkara mudah, ada harga yang harus dibayar dan hidup kita jadi taruhannya.
Kita bukan Tuhan, kita hanya pekerja yang mempersiapkan jalan di padang gurun bagi Tuhan. Sayangnya, kita hanya mau kemudahan dalam bekerja bagi-Nya, serta merasa jadi tuan bagi sesama pekerja di jalan Tuhan. Ingatlah sekuat apapun manusia dia adalah makhluk lemah, mudah layu lalu lenyap, bagai rumput dan bunga yang mudah lenyap, hilang keindahannya dan semerbaknya memudar, Yesaya 40 : 6 – 8.
Dalam Alkitab edisi studi, perjalanan dari Babel ke Yehuda biasanya menyusuri lembah – lembah sungai ke utara melewati Mesopotamia, kemudian mereka menuju timur ke Siria dan dari sana menuju ke arah selatan. Jalur itu membuat mereka terhindar dari bahaya Gurun Arab yang terletak antara Babel dan Yehuda.
Orang Babel terkenal karena pawai yang mereka lakukan dalam perayaan keagamaan mereka, patung- patung dewa mereka sering diarak dalam pawai itu, dan Yesaya memakai gambaran pawai itu, untuk melukiskan arak –arakan kemenangan Tuhan kembali ke Yehuda. ewako-mappokoe@gpibwatch.id (JP)