Inspirasi
Home / Inspirasi / Gereja Masa Depan, Gereja yang Mendengarkan

Gereja Masa Depan, Gereja yang Mendengarkan

Jemaat Tuhan saat melakukan ibadah di GPIB Moria Jakarta.

KRISTOFORUS Sri RKN dan Untara Simon, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya mengatakan gereja harus berpastoral berbasis pada sikap untuk mau duduk dan penuh perhatian untuk mendengarkan.

Seperti dilansir yppk.org dikatakan, manusia itu unik karena diciptakan secitra dengan Allah, “dipanggil dengan nama masing-masing” menjadikan refleksi setiap umat beriman sebagai anggota Gereja dan anggota masyarakat juga khas sesuai dengan keprihatinan masyarakat tempat ia tinggal.

Keunikan ini harus dipahami tanpa prasangka. Ini adalah tantangan besar Gereja yang secara umum cenderung digerakkan oleh hirarkhi dan seringkali kenyamanan hirarkhisnya justru membuatnya merasa cukup dengan berbagai dokumen yang berbicara banyak tentang manusia dan kehidupannya.

Tahun-tahun terakhir ini, kita mengalami bagaimana dunia berkembangan dengan kecepatan luar biasa. Sekejap saja kita tidak mengikuti perkembangan zaman, kita bisa segera menjadi ketinggalan zaman. Dalam iklim hidup bersama yang penuh perubahan ini, kepekaan untuk mendengar apa yang terjadi secara konkret dalam hidup umat beriman akan membantu kita memahami persoalan umat dan dengan demikian memampukan kita memetakan pastoral agar pastoral kita bisa up to date.

Ini bukan hal mudah bagi Gereja yang sering didominasi oleh peran hirarkhi yang seringkali hidup dalam situasi nyaman sebagai tokoh umat. Di sini diperlukan sikap terbuka dan kerendahan hati untuk “ajur ajer” bersama dengan umat. Dan, ini menyisakan dua persoalan sekurangnya, yaitu pertama, soal bagaimana mendidik para imam yang mau hadir di tengah umat untuk pertama-tama belajar dan bukan menggurui umat.

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

Kedua, soal bagaimana Gereja yang dimotori hirarki ini semakin mampu mendorong umat berpartisipasi aktif dalam mengkritisi dan memastikan bahwa hidup bersama kita akan mengarah pada kebaikan bersama dengan menggunakan berbagai fasilitas yang terus berkembang.

Dalam konteks Indonesia, semakin jelas nampak bahwa hidup beragama bukanlah urusan umat beragama tertentu saja namun urusan masyarakat, tempat umat beriman menjalani hidup imannya.

Tantangan pemimpin Gereja bukan saja untuk menghasilkan tatanan hidup bersama saja tapi juga untuk umat beriman secara keseluruhan, yaitu masyarakat Indonesia. Di sini, upaya untuk beriman secara kontekstual harus dilakukan mulai dari upaya mendengarkan dan memahami situasi masyarakat secara keseluruhan dalam aspek-aspek yang seluas mungkin dan dinamika yang seterbuka mungkin.

Justru dari sikap ini, diharapkan Gereja menjadi kebun yang subur bagi berbagai tanaman yang menghasilkan buah yang segar bagi pemeliharaan kehidupan bersama. Ini adalah tantangan yang tidak mudah, butuh waktu, kesabaran dan keuletan. Sebagaimana Allah setia, demikian pula kita diajak untuk setia seperti Dia.

Gereja Masa Depan

Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

Laman mirifica.net mengabarkan, gereja mengikuti perkembangan zaman, tidak berarti ia (Gereja) ikut hanyut, larut, dan tenggelam dalam arus dunia internet. Gereja harus tetap menampilkan jati diri sebagai gereja yang hadir secara nyata di dunia, face to face, bukan peer to peer atau menghadirkan diri secara virtual.

Paus Fransiskus dalam pesannya di Hari Komunikasi Sedunia mengatakan bahwa Allah itu bukan kesendirian, melainkan persekutuan. Ia adalah kasih dan karenanya komunikasi, lantaran kasih selalu berkomunikasi; bahkan kasih itu mengkomunikasikan dirinya untuk menjumpai yang lain.

Gereja hanya mencari zona nyaman jika, larut, hanyut dan tenggelam dalam dunia internet. Gereja adalah perwujudan inkarnasi pada zaman sekarang, dan di masa mendatang. Oleh karena itu, Gereja harus menjadikan dirinya sebagai Gereja komunikatif, relasional dan solider. ***

Berita Populer

01

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri

02

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

03

Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

04

30 Kontestan Berani Tampil, Tanpa Takut di Mutasi

05

Jika Kritikan Dianggap Pembangkangan, Peluru Mata Pena Digital Berbicara

Ragam Berita

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri






× Advertisement
× Advertisement