Uniknya laporan keuangan dari bendahara tidak pernah Surplus, dan Defisit merupakan jargon sentimentil yang harus dimengerti akibat ulah penggunaan dana yang tidak pada tempatnya alias tambal sulam.
Jakarta, gpibwatch.id – Kota Imajiner kembali melaksanakan kegiatan pelayanan tingkat sinodal, dan sudah dibentuk kepanitiaan dari masing – masing unit misioner dan yayasan-yayasan, semuanya sibuk mempersiapkan segala peralatan yang akan digunakan, karena ada yang dilakukan setempat ada juga yang harus menggunakan kendaraan dengan memakan waktu beberapa jam sampai di lokasi kegiatan.
Dan kegiatan tingkat sinodal yang dilaksanakan di tingkat jemaat jarang ada pendelegasian, rata – rata mereka datang dengan rombongan besar, bahkan terkadang yang tidak berkepentingan ikut juga sebagai pengembira dan dana yang dikeluarkan berasal dari satu sumber, sehingga efisiensi anggaran hanya wacana semata.
Ada juga yang menggunakan dana sendiri, jika mereka mau terlibat di kepanitian yang tidak termasuk dalam personil departemen atau mencari dana dari donatur lewat proposal dan kegiatan ini dilaksanakan dari tahun ke tahun dengan tujuan berbeda, semua happy dan terkadang saking besarnya kepanitian terlihat seperti rombongan sirkus.
Beberapa Personil Rombongan Sirkus di Kota Imajiner, terkadang ada yang mendapatkan subsidi keuangan agar mereka dapat bergabung dan berangkat, dan para petinggi yang sebenarnya tidak terlibat di bidang itu, juga ikut nimbrung yang sebetulnya hanya pencitraan dan kongkow- kongkow yang tak berguna.
Pelayanan di Kota Imajiner tak akan berubah, karena setiap tahun PKA yang dibuat di persidangan tak nampak keugaharian, semuanya bicara anggaran yang besar, semuanya berlomba membuat kegiatan dan uniknya laporan keuangan dari bendahara tidak pernah surplus, dan defisit merupakan jargon sentimentil yang harus dimengerti akibat ulah penggunaan dana yang tidak pada tempatnya alias tambal sulam.
Diperlukan sense of belonging dalam mengurus dan mengelola pelayanan di kota imajiner, khususnya persoalan tata layan dan tata kelola tingkat sinodal, diharapkan di setiap kegiatan tidak menampakkan gambaran seperti rombongan sirkus, dan tidak menciptakan image buruk akibat tindakan yang tak sesuai kaidah yang berlaku.
Serta punya kemauan untuk memberdayakan jemaat atau pendelegasian, dan tak diperlukan rombongan sirkus untuk melakukan dan mengerjakan kegiatan sinodal, tapi melibatkan jemaat di lokasi, sehingga mereka merasa dihargai, dan kepercayaan akan tumbuh kembali. ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)