Jakarta, gpibwatch.id – Saat Aku Ter – Eliminasi
Kucoba menahan diri, karna perjalanan ini masih panjang,
Kucoba menahan sakitnya, karna ambisiku yang tak tercapai dan
Kucoba tenang dalam kesendirian dan sepiku, agar kudapat merenung, merefleksikan diri kembali…..
Saat Aku Ter – Eliminasi
Ku langkahkan kakiku keluar dari gedung yg penuh riuh tawa, gegap gempita suara sorak – sorai, serasa berat kaki ini berjalan, marmer gedung memantulkan cahaya wajahku , ku terdiam sejenak sambil menoleh kiri kanan, betapa senangnya mereka…..
Saat Aku Ter – Eliminasi
Aku akan mengambil cermin dan berkaca dan bertanya apakah aku layak sesungguhnya, begitu paksa dirikah aku , sehingga aku tak mengoreksi diriku sendiri,
Apakah ini karna promosi dan ajakan teman yang meng-support untuk maju dalam Kontestasi Maha Segalanya,
Aku terlihat bukan aku sesungguhnya, karna orientasi berpikirku salah dan salah, demi jabatan dan kehormatan puja – puji bukan untuk melayani…..
Saat Aku Ter – Eliminasi
Keesokan harinya ku terbangun dengan mata sembab tapi pikiranku sedikit tenang setelah berjuang melawan mental dan jiwaku yang hancur, dan kulihat kantong mataku terlihat semakin menebal dan melebar, karna usiaku…
Pikiranku dalam alam sadarku menerawang mengawang – ngawang seakan tidak percaya aku harus jadi pecundang…
Saat itupun kakiku melangkah menuju Cafe dan kunikmati Kopi Pahit, Kopi Inspirasi, Kopi Pahit Tiga Serangkai dalam kenikmatanku terdengar musik instrumentalia syair lagu Topeng ‘Buka Dulu Topeng Mu‘ dan hatiku remuk dan aku sadar selama ini Aku Bertopeng.(JP)