Namun jangan sekali – kali mengurangi anggaran kenyamanan, kesentosaan, kebahagiaan, tunjangan kemahalan, akan ada konsekuensinya….
Jakarta, gpibwatch.id – Manusia tak pernah puas akan sesuatu yang telah dia miliki, dia selalu memandang kiri kanan dan sekitarnya dan membandingkan dengan keberadaannya, begitupun dalam memandang dan mendengar kesalahan orang lain, adakalanya tanpa filter, tanpa dikunyah langsung ditelan dan disimpulkan.
Terlepas dari manusia tersebut, bagaimana dengan Sang Raja, Sang Ratu yang ada di jemaat, yang menjadi pemimpin umat, yang terkadang juga tak pernah mau mendengar masukan orang lain, masukan teman sekerja, masukan komisi dan pelayan kategorial, masukan panitia pembangunan dll.
Sang Raja, Sang Ratu di jemaat pada awalnya setelah utus sambut kelihatannya lemah lembut mau mendengar semuanya dan belum terkontaminasi dan impartial, lemparan senyuman selalu saja terlihat kepada semua orang yang datang pada saat menyapa, baik dalam peribadatan maupun dalam situasi nongki alias santai.
Semuanya mengalir dengan irama syahdu, tak ada gelombang atau percikan api yang dapat membuat hati terbakar, stress dalam menghadapi pelayanan yang memang masih bejalan dalam koridor.
Dan waktunya akan tiba pada saat jemaat, rekan sekerja mulai berbeda pendapat dengan kebijakan yang diambil oleh sang raja, sang ratu. Misalnya kemalasan dari sang raja, sang ratu dalam hal perkujungan ke jemaat, yang hanya berkunjung pada saat sakit di rumah atau tirah baring di rumah sakit.
Dan paling parah dan paling amarah sangat telihat apabila ada perbedaan persepsi dalam sidang majelis jemaat / SMJ, dan juga dalam penyusunan PKA tahun berjalan, dan jika hal itu berhubungan dengan kemakmuran sang raja – sang ratu, dampaknya sangat terlihat dalam pelayanan.
Sang Raja, Sang Ratu akan menggunakan senjata pamungkas lewat altar suci melalui khotbah, lantas mulai mengeluarkan sinetron satire, tajam, terkadang terbuka dan menyinggung akan kesejahteraannya yang ter- sirkumsisi dalam bahasa halus dengan bahasa alkitabiah.
Dan pergaulan sang raja, sang ratu di jemaat hanya di mereka yang selalu memberikan kesejahteraan yang aduhai, dan di jemaat biasa hanya lips service, by zoom atau sewaktu – waktu.
Sang Raja, Sang Ratu di jemaat alias Pendeta / Ketua Majelis Jemaat pada dasarnya pintar bermain layang – layang, disertai teknik tarik – ulur, dan cakap bermain sandiwara cinta, tapi terkadang juga sebagai peran utama di film laga.
Namun jangan sekali – kali mengurangi anggaran kenyamanan, kesentosaan, kebahagiaan, tunjangan kemahalan, akan ada konsekuensinya, dampaknya pada tugas layan rekan sepelayanan, dan rekan sekerja tak akan mendapat pelayanan beberapa bulan, hanya jadi liturgos atau duduk manis sebagai jemaat. ewako-mappakoe@gpibwatch.id(JP)