Inspirasi Opini
Home / Opini / Pemimpin Sirkus di Kota Imajiner

Pemimpin Sirkus di Kota Imajiner

Laporan tahunan selalu saja minus, ada apa sebenarnya, apakah selama ini terlalu banyak pertunjukkan yang dilakukan pemimpin sirkus, tanpa mau tahu ada tidaknya dana tersedia

Jakarta, gpibwatch.id – Pemimpin sirkus atau ringmaster adalah orang yang memimpin pertunjukkan sirkus, mengatur jalannya acara dan menjaga suasana agar tetap hidup dan menarik bagi penonton dan dia bertanggungjawab penuh akan suksesnya acara tersebut.

Pemimpin sirkus dalam makna metafora, merupakan pemimpin yang sibuk mengatur pertunjukkan tapi tidak membangun substansi, fokus pada penampilan luar, namun hampa secara isi dan menjadikan pelayanan sebagai panggung hiburan, pencitraan  bukan tempat pertumbuhan serta takut kritikan.

Di Kota Imajiner pemimpin sirkus dikonotasikan sebagai pemimpin yang selalu bersama dengan rombongan sirkus menghadiri kegiatan pelayanan dari satu tempat ke tempat lain, pemimpin ini terkadang tidak sendiri, dia mengajak rekan – rekannya untuk terlibat langsung walaupun bukan bidangnya.

Pemimpin sirkus sangat jeli dan pintar melihat keadaan, dia berpotensi melihat celah untuk dijadikan sarana untuk kenikmatannya mencuci mata alias berjalan-jalan atau traveling kesuatu tempat pelayanan dengan memanfaatkan program kerja dari setiap bidang dan ada kolaborasi tersembunyi diantara mereka yang tak tertulis.

17 dan 18 Agustus 1945 adalah Peristiwa Sakral Bangsa Indonesia

Kota Imajiner sudah merasakan beberapa tahun kebelakang, beberapa pemimpin nomor satu atau pelayan gereja tingkat sinodal sudah mempraktekkan teknik mumpung, menggunakan kesempatan yang ada, dan ini menjadi sorotan jemaat akan segala tingkah laku para stake holder, khususnya sering bepergian, yang dalam setahun ngak kebayang berapa dana yang dihabiskan.

Jemaat di Kota Imajiner sudah berkalkulasi, bahwa mereka selama memimpin tidak punya hati dalam penggunaan anggaran, berapapun anggaran atau dana  yang diterima oleh bendahara tingkat sinodal tak pernah cukup, dan laporan tahunan menyakitkan pendengaran peserta sidang, ada yang nyeri tuli, nyeri hati dan berkata mengapa selalu saja minus, ada apa sebenarnya, apakah selama ini terlalu banyak pertunjukkan yang dilakukan pemimpin sirkus, tanpa mau tahu ada tidaknya dana tersedia.

Ini merupakan peringatan untuk para pengambil kebijakan di Kota Imajiner, bahwa jemaat tidak seperti dulu lagi, mereka sudah bisa berhitung dan berpandangan, bahwa  institusi tidak dijalankan dengan aturan yang berlaku sesuai dengan tata layan dan tata gereja, dampaknya jemaat tak berminat memberikan persepuluhan.

Para pemimpin sirkus hedonis akan terus ada dalam pelayanan, mereka memanfaatkan situasi dan kondisi untuk menyenangkan diri sendiri dan kelompok, memperlihatkan atraksi hedone yang luar biasa dan gereja  di kota imajiner berubah jadi panggung pembentukan citra semesta dan jemaat hanya  jadi penonton. ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)

Alergi Demokrasi

Related Posts

Latest Posts

Polling Bakal Calon Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025-2030

Pilih bakal calon yang anda inginkan untuk menjadi Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025 - 2030

View Results

Loading ... Loading ...

Berita Populer

01

Tuli Mendadak, Tradisi Sejak Dini di Jabatan Fungsionaris

02

Ketok Magic Pendeta, Menggunakan Ayat Kolusi dan Ayat Nepotisme

03

Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat

04

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

05

Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model

Ragam Berita



Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat



Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model