Jakarta, gpibwatch.id – Melihat seperti sekarang mungkin ada yang kumpul-kumpul, bicara saling menjelekkan, menjatuhkan diantara para kandidat, dan ini tak bisa dipungkiri.
Kenyataan sosiologisnya demikian, kalau kenyataan teologisnya masih ada waktu kumpulkan semuanya, duduk bicara, kenapa takut, ini bukan aklamasi, paling tidak ada bayangan dari MS-GPIB dan cara pemilihankan ada 3, pertama secara Aklamasi, yang kedua Satu tahap dan yang ketiga Dua tahap.
Gereja ini punya dua kenyataan, kenyataan teologis dan kenyatan sosiologis, kenyataan sosiologis yang kita kerjakan ini, itu nirunya dari siapa, harusnya lembaga mengatur dong!! sehingga kelihatan sehat, tidak tertutup, tapi transparan.
Dan masih adanya primordial, angkatan dan almamater di pemilihan nanti, secara sosiologis itu sahi dan itu permainan manusia dan itu kenyataan sosiologi yang tidak terelakkan, namun kesempatan untuk secara sinodal dapat dilakukan informal oleh pimpinan yang menghendaki GPIB jadi baik, bagus, lebih optimal dalam berkpirah dan jika saya pimpinan saya panggil.
Kita semua punya harapan untuk Pemilihan FMS GPIB yang ke XXII di Makassar, Bulan Oktober – 2025, kiranya pemilihan itu bisa berlangsung dengan baik dan biarlah kehendak Tuhan yang jadi, namun kehendak hantu bisa juga jadi, karna itu keinginan, kekuatan manusia. Maksudnya sistem paling tidak menolong kita. Pdt.S.Kaihatu mengatakan gereja ini punya dua kenyataan, kenyataan teologis itu yang harus kita perjuangkan, kenyataan sosiologis kita buat strateginya.(JP)