Inspirasi
Home / Inspirasi / Pdt. Nicodemus Boenga: “Kita Tersandera, Karena Berhubungan Dengan Mutasi“

Pdt. Nicodemus Boenga: “Kita Tersandera, Karena Berhubungan Dengan Mutasi“

Jakarta, gpibwatch.id – Sistem kita di GPIB sebenarnya dirancang untuk tidak menaruh kekuasaan ditangan orang–orang tertentu tapi dirancang supaya sistem ini menaruh kekuasaan dan saling mengontrol. Kita tersandera ketika kita bersepakat dan kesepakatan itu terkunci, sementara keadaan dan realita sosial tidak terkunci, dia itu barang terbuka, dia itu bergerak dan hidup.

Keputusan kita tekunci, hanya bisa diubah dalam kesepatan bersama lagi melalui mekanisme sidang yang temponya setahun, nah dalam situasi seperti itu kalau pemimpin puncak tidak cukup punya keberanian untuk membuat terobosan, maka dia akan berlindung dibalik keputusan bersama itu, karena dia takut membuat perubahan, takut membuat kebijakan karena nanti akan dihakimi diantara mereka sendiri, kenapa begitu, kenapa begini! Ini bukan hanya tingkat sinodal demikian pula di tingkat jemaat dengan pola yang sama.

Disitulah titik konflik di GPIB sering terjadi, apalagi kalau ada didalamnya orang–orang yang berjiwa manager bercampur dengan orang – orang berjiwa kepemimpinan, pemimpin itukan kadang-kadang dia bisa membuat kebijakan dengan melihat situasi  kalau manager ngak, prosedural.

Kenyataan yang ada sekarang ini kita selalu ribut dibagian itu dan dalam gereja selalu bercampur dengan orang seperti itu, lihat aja konflik diantara pendeta-pendeta itu yang sering diajukan jemaat dan lapor ke sinode. Tipe–tipe yang sering dilaporkan adalah mereka yang biasanya buat gebrakan, maunya sendiri, agak otoriter, apa yang dia mau itu yang dilakukan.

Jadi pemimpin yang aman itu biasanya yang perasaannya kuat sehingga dia tahu dimana titik konflik mau datang, mau terjadi, dia cepat menghubungi, dia cepat meredah, dia cepat merangkul, tapi masalahnya segala sesuatu berjalan lambat dan kita menjadi pemimpin yang kadang–kadang  seperti menarik kambing, menarik kambing itu tidak gampang, ada saat-saat dia itu menolak untuk berjalan bersama, perlu cara untuk bisa mengajak dia ikut, dan kalau ditarik dari depan ngak bisa dia melawan dengan dua kakinya dia pakai jadi tongkat untuk bertahan. Kita harus balik arah, kita harus lihat dari belakang dia dan berjalan bersama, ini seni lain yang tidak banyak dimiliki orang.

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

Budaya nurut masih dominan, kita harus pilih pemimpin yang dapat dipercaya, yang sifatnya kebapakan, kalau dia ngomong orang mau dengar, orang mau ikut, tapi kan sistem kita bukan begitu, sistem kita, kita duduk bersama, paham tidak paham pokoknya duduk bersama, mana yang disepakati itulah yang jalankan.

Nah ketika para pemimpin melakukan sesuatu   yang berbeda, kita ngamuk karena kesepakatan kita tidak seperti  itu, padahal kesepatan itu belum tentu barang yang matang, karena yang duduk belum tentu mengerti segalanya, karna dikejar-kejar oleh waktu, dikejar-kejar oleh biaya yang mahal, jadi kesepatan–kesepatan itu yang penting formalisme-nya jadi, ada hasilnya dilegitimasi keputusan bersama, tentu mutunya belum tentu ada.

Dan yang saya lihat, kesepatan yang menjadi keputusan, tetapi melepaskan realita yang sedang terjadi sebenarnya, nah ini yang terjadi dengan tema – tema pembinaan kita yang sudah  ditentukan, sudah dipatok dan apapun yang terjadi di dunia ini, kita ngak pusing, tema kitalah yang kita bicarakan, sehingga pengajaran – pengajaran kita, nasihat – nasihat kita tidak matching dengan apa yang terjadi di masyarakat. Kita menyusun bahan itu berdasarkan apa yang ada dipikiran kita, maunya kita,  bukan menjawab dan mendiagnosa apa yang sedang terjadi, kemudian di jawab.

Sistem kita sekarang ini terlalu kental, terlalu kuat, kita ngomong itu sepertinya akan mental, karna sudah berjalan sistemnya dan pendeta yang muda – muda banyak, cuma ngak berani ngomong, lama – lama diam dan lama- lama berubah, berubahnya dari pada kita ngak ada peran dan ngak berfungsi sudahlah ikut aja.

Banyak orang tidak berani bicara karna berhubungan dengan mutasi, dan ketika kita memberikan kritikan, masukan dan berbeda dengan keinginan orang lain, dipikirnya serangan pribadi, padahal sebenarnya biasa saja.

Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

Dalam pemilihan nanti, saya sih tidak berharap banyak, kita butuh pemimpin yang pandai mendiagnosa, ini masalah yang dihadapi GPIB, yang dihadapi jemaat, warga jemaatnya seperti ini, majelisnya seperti ini, para pendetanya seperti ini, orang luar melihat kita seperti ini, nah dengan demikian apa yang harus kita lakukan, fokusnya kan pada Soli Deo Gloria yang membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Salam dari anak Timor di rantau.(JP)

Berita Populer

01

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri

02

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

03

Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

04

30 Kontestan Berani Tampil, Tanpa Takut di Mutasi

05

Jika Kritikan Dianggap Pembangkangan, Peluru Mata Pena Digital Berbicara

Ragam Berita

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri






× Advertisement
× Advertisement