EDITORIAL Inspirasi Opini
Home / Opini / Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

Jika para pejabat gereja ngidap katarak, cepat di operasi, agar memilih orang yang bekerja di unit – unit misioner, komisi dan yayasan, mereka yang punya skill..

Jakarta, gpiwatch.id –  Skill adalah kunci penting dalam hidup seseorang yang berpotensi menjadi penentu arah kehidupan dan dapat menjadi nilai tambah dalam aspek profesional, skill dapat berasal dari pembelajaran otodidak maupun melalui pelatihan formal, skill menjadi bagian dalam diri manusia yang dapat memberikan peluang untuk meraih pengakuan atas kemampuan yang dimiliki. 

Skill adalah kemampuan yang dapat diupdate dengan terus mengasahnya, dengan begitu akan terus relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman , dan keahlian yang terasah menjadi pilihan yang menarik dalam dunia kerja yang kompetitif.

Orang yang berduit, orang kaya atau orang berada adalah orang yang memiliki kekayaan finansial yang signifikan, baik berupa uang, aset, maupun harta benda lainnya, mereka memiliki kemampuan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan dengan mudah. 

Istilah “berduit” atau “punya materi” seringkali mengacu pada seseorang yang secara finansial mapan dan memiliki kelebihan materi dibandingkan dengan rata-rata orang, memiliki pendapatan tinggi, tabungan yang besar, investasi yang menguntungkan, atau memiliki aset berharga lainnya. 

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

Berbicara dalam konteks pelayanan di gereja khususnya tingkat sinodal dan tingkat jemaat  ada hal penting yang menarik perhatian untuk dikaji lebih lanjut dalam hal penempatan orang – orang yang akan melakukan tugas di unit – unit misioner, komisi dan yayasan – yasasan.

Memang tidak semua, ada beberapa bagian tertentu penempatannya tidak berdasarkan skill atau keahlian, kecakapan, melainkan menggunakan materi sebagai bahan dasar pertimbangan untuk menduduki tempat tersebut, dan ukuran lainnya adalah pejabat gereja menggunakan parameter ringan tangan dalam makna positif. 

Sebenarnya menempatkan orang kaya pada posisi number one, tidak menjadi masalah karena itupun tidak ada aturan yang baku, melainkan pesanan atau kemauan dari petinggi setelah di rapatkan, dan kadang isue ini sudah berkembang jauh hari.

Penempatan orang kaya yang hanya punya duit tapi tak punya skill ini merupakan suatu kemunduran, suatu kealpaan kita dalam memilih dan tak punya dasar, dan kita lupa bahwa itu bukan segalanya di zaman digitalisasi, kita juga harus yakin dan percaya dengan penempatan orang yang punya kompetensi, akan membawa pelayanan  itu lebih maju dan lebih berkembang.

Penempatan orang kaya yang tak punya kemampuan mengelola unit misioner, komisi atau yayasan menjadi beban tersendiri dari pada anggota, karena orang kaya tersebut hanya memerintah, dia tak mampu mengaplikasikan dan menganalisa suatu permasalahan, dia juga tak mampu membawa organisasi ini maju kedepan dan nantinya orang kaya tersebut hanya membaca saja tak mampu mengartikan dan mengelaborasi.

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri

Orang berduit yang memimpin akan menyepelekan anggotanya, karena materi yang dia punya, semuanya diukur lewat materi, dan terkadang tak mau mendengar masukan orang lain, dan menyembunyikan ketidakmampuan alias kebodohannya dengan materinya, dan akan terjadi dia tak mampu menyelesaikan suatu masalah karena tak punya dasar kemampuan dan keahlian.

Dan orang kaya atau sosialita, glamour, terkadang mereka hanya cari panggung, not – really, dan ini hanya untuk flexing, agar diakui, walaupun kemampuannya di bawah rata – rata dalam pelayanan.

Dan yang paling nyata terkadang orang kaya tersebut mengatur petinggi gereja karna pejabat gereja tersebut selalu dibantu, baik secara organisasi maupun individu, ini yang menyebabkan kesukaran dari pada stake holder untuk melepas cengkraman karena utang budi.

Keadaan ini juga bukan semata – mata mereka yang salah, melainkan para petinggi atau pejabat gereja yang menggunakan dana orang kaya tersebut untuk membantu pelayanan, bahkan ada juga kepentingan tertentu yang di luar nalar berpikir.

Kedepannya kita semua sudah harus berpikir jernih, mana yang mau kerja dengan sungguh – sungguh berdasarkan skill dan kompetensi, dan mana yang hanya menggunakan materi atau duit mereka sebagai topeng dalam pelayanan, dan ada baiknya jika punya skill, kaya dan rendah hati.

Podcast Imajiner Kabur Aja Dulu, Ada Mutasi Mendadak

Dan pejabat gereja yang punya wewenang atau domain menentukan, tidak boleh buta tuli, tidak boleh ada konflik interest, tidak boleh ada pesanan atau kedekatan, tidak boleh karena dasar materi, dan jika para pejabat gereja ngidap katarak, cepat di operasi, agar memilih orang yang bekerja di unit – unit misioner, komisi dan yayasan adalah mereka yang punya skill. ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)

Berita Populer

01

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri

02

Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

03

30 Kontestan Berani Tampil, Tanpa Takut di Mutasi

04

Jika Kritikan Dianggap Pembangkangan, Peluru Mata Pena Digital Berbicara

05

Kabur Aja Dulu, Ada Mutasi Mendadak

Ragam Berita

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri





Kabur Aja Dulu, Ada Mutasi Mendadak


× Advertisement
× Advertisement