Inspirasi Opini
Home / Opini / Ibu Pertiwi Menangis, Lunturnya Kebhinekaan

Ibu Pertiwi Menangis, Lunturnya Kebhinekaan

Insiden perusakan tempat ibadah adalah jeritan nurani, merupakan tindakan yang mencederai nilai kemanusian, kebhinekaan  dan spritualitas, serta melukai harapan, kedamaian dan keyakinan yang hidup didalamnya.

Jakarta, gpibwatch.id – Perbedaanyang terus dipergunjingkan, yang terus dipermasalahkan seakan- akan tak pernah berakhir dan tak berujung, seakan menjadi penyakit kronis yang tak bisa disembuhkan, yang sudah bermetastasis kemana – mana dan menggerogoti semua organ tubuh lainnya yang masih sehat.

Perbedaan terus diangkat kepermukaan seakan menjadi enemy yang harus dihancurkan, dimusnahkan, yang harus dilenyapkan dengan alasan tidak se-paham dan tidak se-ideologi. Intoleransi terus tumbuh subur dari sebagian orang yang tak merasa nyaman dengan keberagaman, dan menggunakan segala macam cara untuk mengeliminasi.

Mereka yang tak suka dengan kata perbedaan atau kebhinekaan terkadang merasa risi dengan kehadiran orang lain yang berbeda dalam kepercayaan dan keimanan, padahal bangsa kita dibangun dengan jerih payah dan tenaga serta tumpahan darah dari berbagai keyakinan.

Para pejuang tidak melihat perbedaan itu sebagai penghalang, sebagai hambatan, sebaliknya yang ada dipikiran mereka pada saat itu adalah berjuang bersama merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, mereka terpanggil dan bersatu untuk mempertahankan bumi pertiwi yang sangat dicintai.

17 dan 18 Agustus 1945 adalah Peristiwa Sakral Bangsa Indonesia

Namun keadaan sekarang dengan teknologi semakin maju, era disruption dan era inovasi teknologi di segala lini seharusnya kita semakin beradaptasi, mengembangkan diri untuk maju melangkah kedepan, agar tak tertinggal jauh dari negara maju yang sudah menggunakan peralatan canggih termasuk artificial intelligence.

Tetapi kenyataannya bumi pertiwi yang kita bangun dan berjuang bersama, pada saat ini masih ada yang larut dalam fanatisme sempit, masih ada yang terkungkung dalam pemikiran dan aliran mereka sendiri, belum terbuka akan indahnya keberagaman, indahnya toleransi, indahnya budaya dan adat istiadat yang terbentang dari sabang sampai merauke, yang semuanya ini menambah kekayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Peristiwa intoleransi dalam beragama yang terjadi di negara kita belakangan ini, membuat bumi pertiwi menangis, terluka, saat perbedaan suku, agama, ras dan pandangan tidak lagi dirayakan, namum dicurigai dan dijauhi, perbedaan yang seharusnya menjadi kemaslahatan dan berkah, berubah menjadi sumber perpecahan.

Insiden perusakan tempat ibadah adalah jeritan nurani, merupakan tindakan yang mencederai nilai kemanusian, kebhinekaan  dan spritualitas, serta melukai harapan, kedamaian dan keyakinan yang hidup didalamnya.

Ibu Pertiwi menangis melihat ketiadaan tenggang rasa yang seakan tumbuh subur dan terpupuk dengan vitamin, tonikum bahkan stimulan, Ibu pertiwi merasa sedih yang mendalam  melihat tanah air yang dibangun dengan tangisan air mata, nilai kebhinekaan dan kasih sayangnya luntur, tak ada yang bisa saling mendengar, ketulian hilang timbul dan terkadang muncul stroke telinga yang berkolaborasi dengan vertigo.

Alergi Demokrasi

Ibu Pertiwi menangis, merasuk sukma, bergelinang air mata dalam ketulusan dan kejujuran dan berkata dalam hati ada apa dengan bangsaku, anak-anakku kurang memahami ketoleransian, gagal paham dalam multikultural, gagal paham dalam perbedaan keyakinan dan gagal paham untuk berdialog dan bermusyawarah.

Ibu Pertiwi menyerukan suara – suara profetik untuk terus dinyanyikan dan diperdengarkan dalam mengatasi intoleransi beragama, mengajak mereka untuk bangun kerukunan ditengah perbedaan, mari ciptakan toleransi yang sejati dan mari ciptakan komitmen untuk menjaga harmoni, kedamaian dan penghormatan terhadap sesama, itulah fondasi yang harus kita rawat bersama. ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)

Related Posts

Latest Posts

Polling Bakal Calon Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025-2030

Pilih bakal calon yang anda inginkan untuk menjadi Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025 - 2030

View Results

Loading ... Loading ...

Berita Populer

01

Tuli Mendadak, Tradisi Sejak Dini di Jabatan Fungsionaris

02

Ketok Magic Pendeta, Menggunakan Ayat Kolusi dan Ayat Nepotisme

03

Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat

04

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

05

Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model

Ragam Berita



Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat



Pemimpin Arogan, Jangan Jadi Role Model