Inspirasi Opini
Home / Opini / New Nabal, Awal Perpecahan Pelayanan dan Persekutuan, Cegah Mereka untuk Menjabat..

New Nabal, Awal Perpecahan Pelayanan dan Persekutuan, Cegah Mereka untuk Menjabat..

Kontestasi Oktober mendatang kita harus hati – hati, agar kita tidak  terkontaminasi dengan para Nabal Baru yang dursila, yang tak mau mendengar jeritan tangis dan suara air mata dari teman sepelayanan…

Jakarta, gpibwatch.idKEKAYAAN yang kita punyai, seperti harta benda, dan keuangan yang tak ternilai, infinity, terkadang membuat kita lupa diri, seakan – akan itu adalah kekuatan kita,  tenaga kita, usaha kita sehingga akunya yang kelihatan secara superficial dan memperlakukan  orang lain lebih rendah dan tak berguna.

Kekayaan dalam pelayanan di suatu lembaga akan punya makna, jika digunakan semestinya, tidak ada embel – embel untuk jabatan atau kedudukan atau sistem barter atau ruislag, karna ini berdampak tidak etis dalam mengarungi bahtera yang besar.

Kekayaan dapat membuat seseorang bersifat arogan, ingin menguasai, seakan – akan kalau bukan dia barang ini, acara ini, kegiatan ini tidak terlaksana dan kekayaan tersebut akan mengatur jalannya roda pelayanan, sebab orang the have membuat orang segan untuk menegur, apalagi sudah memberikan sumbangan yang besar atau memberikan kanal kepada para stake holder kue nastar yang tak ternilai, yang dapat membuat para pemangku kepentingan buta – tuli dan terbius.

Kekayaan seseorang dalam pelayanan yang tidak tersistem akan melahirkan kesombongan jasmaniah, dia akan memandang seseorang dari materi, dia tidak tulus dalam pertemanan, dia hanya mau  di dengar, hanya memerintah dan segala – galanya duit dsb. tapi ini tidak bisa disalahkan satu pihak, karna ada pula kesombongan rohani dimana keduanya berpadu menjadi satu padu dalam orkestra yang sulit ditembus dari luar, karna sudah terfilter, dan menempatkan mereka yang sombong ditempat yang elegant walaupun kompetensinya dibawah rata – rata atau mungkin diatas rata – rata tapi tidak punya hati seorang pelayan, hanya cari panggung dalam wahana sombong.

17 dan 18 Agustus 1945 adalah Peristiwa Sakral Bangsa Indonesia

Kesombongan para the have, ini yang merusak citra pelayanan, segala – galanya harus melalui dia, dia harus dihargai, dia harus dipuja-puji, di soja-soja dan mereka tanpa sadar dimanfaatkan oleh para penyoja dengan cara menyanjung, dan biar salah tetap dibenarkan, karna para penyoja juga ikut menikmati ketidakbenaraan, di sinilah tercampur aduknya kesombongan dengan penikmat dosa.

Kesombongan belum kelihatan saat masa penyaringan kontestan, semuanya dalam penuh kasih, semuanya memperlihatkan hal yang baik, kamuflase nampak betul, sopan yang terpaksa, bunglon merajalela tergantung sikon, suara intonasi tenor bass iramanya sesuai genre, saling menjaga satu dengan yang lain, saling memberikan salam lewat media  or face to face, sahabat kepompong tetap terpelihara, ini merupakan sifat – sifat kemunafikan, hipokrit dan ketidakjujuran.

Kontestasi oktober mendatang kita harus mulai hati – hati, agar kita  tidak terkontaminasi dengan para Nabal Baru, New Nabal yang buruk perilakunya, perangainya, bodoh, bebal yang tak mau mendengar jeritan tangis orang sekelilingnya, dan tak mau mendengar suara air mata teman sepelayanan dan teman sekerja, Nabal baru hanya menikmati kesenangan dengan para soulmate-nya, chemistry-nya hanya pada in the gang, dan dia akan amnesia sesaat, transient global amnesia  bahkan amnesia retrograde.

Mereka yang lagi kursus dan mengembangkan Nabalisasi dan Nabalisme harus terus di pantau,  di selidiki, di monitor mulai saat ini hingga empat bulan mendatang, Nabalisasi dan Nabalisme jangan diberikan kursi untuk menjabat baik itu di sebelas fungsionaris majelis sinode maupun di unit-unit misioner, yayasan-yayasan dan kesombongan mereka awal perpecahan pelayan dan persekutuan, cegah sedini mungkin dan cegah mereka untuk terlibat.

Hindari pendekatan Nabalisasi – Nabalisme dengan kesombongan kekayaan, tetapi menempatkan mereka yang punya hati yang tulus, dan rendah hati untuk mau melayani dengan sungguh-sungguh  dan lebih compatible bila kekayaan para Nabal digunakan untuk pelayanan yang sesungguhnya  di tempat yang strategis. ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)

Alergi Demokrasi

Related Posts

Latest Posts

Polling Bakal Calon Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025-2030

Pilih bakal calon yang anda inginkan untuk menjadi Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB 2025 - 2030

View Results

Loading ... Loading ...

Berita Populer

01

Tuli Mendadak, Tradisi Sejak Dini di Jabatan Fungsionaris

02

Ketok Magic Pendeta, Menggunakan Ayat Kolusi dan Ayat Nepotisme

03

Polling Aspirasi, Membentuk Demokratisasi di GPIB

04

Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat

05

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

Ragam Berita




Sang Raja, Sang Ratu di Jemaat