Marturia
Home / Marturia / Pdt. Johanis Kadiwano: ”Perlu Adanya Tongkat Estafet, Belajar Dari Elisa”

Pdt. Johanis Kadiwano: ”Perlu Adanya Tongkat Estafet, Belajar Dari Elisa”

Jakarta, gpibwatch.id – Elia, Nabi dari Tisbe, Elia berarti TUHAN-LAH Allahku, Dia tampil sebagai nabi atau abdi Allah yang setia. Lokasi Tisbe tidak diketahui persis, mungkin terletak di Gilead, wilayah di sebelah timur Sungai Yordan antara Sungai Yabok di sebelah selatan dan Sungai Yarmuk di sebelah utara .  Elia harus berhadapan dengan  Raja Ahab dan Ratu Izebel yang mendorong para pengikutnya menyembah Baal, dewa orang Kanaan.

Di Episode 2586 Night Call GPIB, 19 Mei 2025,  Pendeta Johanis Duka Kadiwano mengatakan bahwa ketika kita membaca Firman Tuhan  dari 2 Raja – Raja 2 : 8 -10 , saya teringat ada pameo, ‘ tidak ada pesta yang tak akan berakhir’, kita memahami ungkapan ini bahwa segala sesuatu itu ada akhirnya, setiap pertemuan, setiap kebersamaan akan diakhiri dengan perpisahan, inilah realita kehidupan manusia.

Tugas tanggungjawab pekerjaan apapun yang kita kerjakan semuanya kelak akan berakhir, khususnya di GPIB ada periodetasi pelayan yang diberlakukan para pelayan seperti serah terima PHMJ masa bakti 2022 – 2025 ke PHMJ masa bakti 2025 -2027, hal ini menyadarkan kita ternyata kita manusia itu terbatas adanya.

Keterbatasan itu mengantar kita untuk menyadari perlu adanya tongkat estafet dalam sebuah pelayanan yang tentunya berdasarkan kehendak Allah bukan pada kehendak manusia dan Firman tuhan ini bicara tentang keteladanan, tanggungjawab dan wibawa dari dua sosok yang sangat terkenal sebagai tokoh yaitu Elia dan Elisa.

Nabi Elia melayani di Kerajaaan Utara, Kerajaan Israel pada zaman Raja Ahab, Raja Ahazia, Raja Yoram. Elia tercatat sebagai nabi yang hidup kudus, tidak bercela dihadapan Tuhan, Nabi Elia berani menyuarakan suara kenabiannya, menentang kehidupan yang salah dari seorang Raja yang kejam yaitu Raja Ahab bersama dengan istrinya Izebel  yang menyembah baal.

Tuli Mendadak, Tradisi Sejak Dini di Jabatan Fungsionaris

Elisa menganggap Elia sebagai seorang ayah karna keteladannya, juga kepribadiannya yang di warisi serta komitmennya dalam pelayanan sungguh – sungguh menggugah dan banyak tantangan yang dihadapi Elia dan Elisa sebagai seorang nabi yang bekerjasama dalam pelayanan tetapi Firman Allah harus disampaikan walau kadang – kadang tidak disenangi oleh setiap orang.

Konteks 2 Raja –Raja Pasal 2, mengangkat cerita tentang Elia naik ke sorga, Elia dan Elisa ada di Gilgal kemudian menuju ke Betel, terus ke Yerikho lalu menyeberangi sungai Yordan , hal ini memberi kesan kredibilitas dari nabi – nabi itu, mereka melewati tempat itu bukan kemauan mereka sendiri, tetapi karna perintah Tuhan dan tempat yang mereka tuju bukan juga karna kebetulan. Dan perjalanan yang mereka tempuh lumayan jauh  dan dari perjalanan ini Elia selalu meminta agar Elisa tidak mengikutinya, tetapi Elisa selalu berkata bahwa apapun yang terjadi dia harus tetap bersama – sama dengan Elia, sampai di titik Elia diangkat ke Sorga.

Satu hal yang menarik ketika timbul dialog sebagian roh yang ada pada Elia, tetapi Elia tidak menjanjikannya dengan muluk –muluk, Elia tidak membuat Elisa jadi senang bahwa dia akan memberikan itu, namun bahasa yang selalu dia gunakan adalah Jika Tuhan Berkenan.        

Demonstrasi tentang Elisa juga memiliki Roh Allah ketika jubah yang ditinggalkan Elia dia koyak – koyakkan kembali sehingga air sungai Yordan terbelah dua kembali untuk dilewati Elisa pulang.      

Selanjutnya KMJ. GPIB Jemaat BAHTERA HAYAT Surabaya, menyampaikan bahwa Firman Tuhan ini mau menyatakan bahwa Tuhan Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang hidup benar dan setia kepadanya didalam pelayanan, implikasi dari kisah ini kita bisa melihat  tentang keteladanan, komitmen serta loyalitas, dan kenapa kedua tokoh ini dimunculkan karna kondisi pemerintahan dan rakyat yang sangat memprihatinkan pada waktu itu menyembah Baal.  

Hakim Yang Jahat, Tidak Menghormati Seorangpun

Kita tidak lama lagi akan tiba pada pemilihan pelayan unit – unit misioner, sehingga sebagai pelayan – pelayan harus memberi contoh dan teladan untuk mewarisi tugas pelayanan yang berat namun mulia  dan kita bisa belajar dari Elisa bagaimana menghormati Elia, sehingga regenerasi pelayanan terus berjalan dan boleh melihat bahwa yang dipilih sesuai kehendaknya,

Dalam kehidupan berjemaat dan bergereja di masa – masa sekarang ini, GPIB dihadapkan dengan tantangan yang sangat luar biasa, yang kadang mau melemahkan Iman, dan warga GPIB diharapkan untuk belajar dari Elisa tentang loyalitas  dalam melayani dan jemaat diharapkan memiliki kesetiaan kepada Tuhan melalui  gereja GPIB. ewako-mappakoe@gpibwatch.id(JP)

Berita Populer

01

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri

02

JANGAN DIPILIH, Kontestan yang Tukar Guling Jabatan…

03

Menggunakan Duit, Sebagai Topeng dalam Pelayanan

04

30 Kontestan Berani Tampil, Tanpa Takut di Mutasi

05

Jika Kritikan Dianggap Pembangkangan, Peluru Mata Pena Digital Berbicara

Ragam Berita

Bebek Lumpuh, Akibat Ulah Sendiri






× Advertisement
× Advertisement