Mereka membuka tabir gelap gulita, tabir tabu untuk dibicarakan, tabir trismus , tabir gagap gemetar – Mereka bebas lepas dari ketakutan…..
Jakarta, gpibwatch.id – 30 Kontestan yang akan berkompetisi di Makassar – 2025, tentunya dengan segala kelebihan dan kekurangan, tergantung parameter apa yang akan digunakan untuk menilainya dan semuanya sudah menyiapkan segala talent mereka dalam memimpin dengan berbagai lintas ke-Ilmuan yang tidak sama.
30 kontestan ini sudah berani tampil menunjukkan jati dirinya untuk berkontestasi dengan segala skill dengan grade yang berbeda, dan menjadi warna tersendiri dalam pemilihan sebelas Fungsionaris Majelis Sinode GPIB – XXII, Periode 2025 – 2030.
30 kontestan sudah bisa membuka tabir dan tirani yang dulu terselubung, tertutup, menjadi cermin klasik yang besar dan transparan yang memantulkan 4 dimensi yang dapat dilihat oleh 352 utusan jemaat GPIB yang ada di 26 propinsi di Indonesia, ini merupakan cara kekinian yang merubah mindset berpikir dari teknologi usang ke arah teknologi digital dengan prosedur yang tak bisa dibendung.
30 kontestan yang berani tampil, dan mengatakan ini saya, It’s Me, saya ingin maju memperbaiki dan membangun GPIB, saya ingin melakukan sesuatu yang berguna untuk umat, saya ingin melanjutkan sesuatu yang sudah baik, saya akan membuat kepercayaan jemaat tumbuh lagi terhadap gereja ini, saya akan mendelegasikan pekerjaan untuk peng – efisiensi anggaran.
Dan saya akan memperbaiki sistem keuangan dengan sistem digitalisasi, saya akan mengupayakan dan memanfaatkan aset yang tidur untuk pengembangan dan pembangunan ekonomi gereja, saya akan membuka jalur komunikasi antar denominasi dan lintas iman, saya bersedia di koreksi dan ditegur bila melakukan kesalahan dan masih ada lagi saya…….
Ketakutan yang dialami oleh 30 kontestan selama ini sudah purna dengan hadirnya teknologi digital, mereka serasa bebas lepas, dan ketakutan itu bukan tanpa sebab, melainkan karna fungsionaris majelis sinode saat ini hampir seluruhnya lengser.
Kala ini kita harus hargai mereka tidak bersembunyi di axilla, @behind the scenes, mereka tidak takut mempresentasikan dirinya, walaupun narasi yang diutarakan di media digital, ada yang komplit, ada yang biasa , bahkan ada yang sederhana banget, dan yang terpenting tampil memperkenalkan dirinya kepada para pemilih.
Kala ini dari 30 kontestan sudah bisa diajak untuk berunjuk gigi, eksis dari program tradisional ke program modern, dimana mereka sudah bisa membuka tabir gelap gulita, tabir yang tabu untuk dibicarakan, tabir trismus alias kaku, tabir gagap gemetar.
Di era digitalisasi setiap orang harus melakukan pembaharuan untuk dirinya sendiri, mengelola dan meningkatkan kemampuan dan karyanya, terus mengasah dan mempertajam daya nalarnya, dan belajar memanage mengendalikan konflik dan punya keberanian menjadi seorang pemimpin tanpa ada rasa takut di mutasi, di migrasi.
Saatnya 30 kontestan menjadi starting point, menjadi katalisator perubahan, yang bisa membawa angin segar sukacita dalam sasana yang complicated, yang dapat membawa sasana ini menjadi sasana umat untuk berkarya dan berkiprah, serta membuka pintu gerbang baru, jendela baru dengan hosting yang qualified.ewako-mappakoe@gpibwatch.id (JP)